Kamis, 29 Desember 2011

Rasa Yang Membisu

Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan kerinduan

Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas ruang
Yang semakin menjauh

Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang kuraih
Namun kegelapan setelahnya

Hamparan bunga cinta menjadi merana
Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang dicapai
baca tulisan >>

Kepastian


Ketika kupaksa mata ini terpejam
Justru hati terus cerita
Bicara tentang kesepian malam
Tentang matahari yang telah tenggelam
Kesepian adalah pengharapan kasih
Sedang tenggelam adalah masa lalu

Saat akhir tidak berarti kebahagiaan
Perasaan menjadi terlukakan
Khan kucari mutiara ketulusan
Kristal mujarab penawar kepedihan
Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki
Sebelum fajar di ufuk timur menjelang
Kupastikan sang dewi adalah penentuan
Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini
baca tulisan >>

Puisi angin "kesendirian"


Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan

Angin…., Aku hargai kau menghiburku
Memang tidak ingin aku berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya awan
Angin…., Tolong katakan pada bintangku
Aku rindu dan berharap dia hadir disini
Dengan segala ketulusan cintanya
Ingin aku mengajaknya bernyanyi
Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padanya
Aku perlu belaian sejuta kasihnya
Ingin aku menikmati indahnya malam ini
Dengan kehangatan peluk mesranya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian ini

Di kesepian malam aku sendiri
Fikiran menerawang menjelajah angkasa
Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap
Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan
Beserta gemerlapnya selaksa bintang

Semilir angin berhembus perlahan-lahan
Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan
Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan
Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur
Semua gundah dan keresahan hatiku

Ketika malam semakin larut
Aku sadari akan kesenmdirianku
Semuanya memang penuh ketidakpastian
Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini
Dengan cinta dan kasih sayang
Dimana semuanya serba tulus
Dimana semuanya serba ikhlas
Dimana semuanya penuh kerelaan
Tanpa pamrih dan pengharapan
baca tulisan >>

saat ini


Pagi yang indah kujelang kembali

Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari

Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian

Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan

Hembusan angin menemaniku berjalan

Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian

Gemersik dedaunan bak irama kehidupan

Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan

Dalam menggapai makna cita dan cinta

Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya

Biarkan pergantian hari terus berjalan

Karena setiap saat akan selalu kujelang
baca tulisan >>

BENDERANG


Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan

Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan

Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
baca tulisan >>

Syair Kematian "tiada"

Petikan cinta menggetar sukma
di raga hampa jiwa terpasung
kau usung keranda menjemputnya
di bibir beku kau lumat dia

"Duduklah di sini, hai sang kekasih
bersandarlah di bahu waktu
di tirai putih membalut tubuh
kurangkul engkau tiada jemu.

"Hembuskan napas perlahan,
usah terburu,
usah meragu
Engkaupun sungguh tahu,
Malam tiada pernah berkesudahan..."
baca tulisan >>

sajak puisi “kematian cinta”


pedang ghaibku telah tumpul
sanubariku menghilang dalam tangis
merayap dan merangkak dalam norma sinar yg terpantul
dengan tangan ini aku kembali mencoba untuk menangis
oohh sang hyang widi wasa….
lepaskan samsara dalam sukma ini
berilah kesabaran dalam hidup manusia
manusia yg menanti ajal esok nanti
riak air mata meresap ke dalam pori pori
menyisakan rasa dingin yang hampa
membiarkan rasa cinta yg kemudian mati
hanya berharap akan datang malaikat pencabut nyawa
oohh gusti pangeran sing kuasa
lepaskan derita dan duka dalam jiwa ini
berilah sedikit pati rasa dalam hidup dalam cinta
cinta yg sudah enggan untuk mencari
baca tulisan >>

Jumat, 23 Desember 2011

apapun asal kau bahagia peri kecilku

Untuk sekedar memperingati hari ibu, saya coba memposting artikel dari sebuah blog yang ceritanya mengharukan. Berikut kisahnya.


Cerita ini dimulai di sebuah desa yang amat terpencil dan miskin…dan terdapat kisah yang sangat mengharukan antara seorang ibu (imah) dan anaknya (indah)…

“Ibu,,,belikan aku mainan baru yah?”Pinta seorang anak kecil dengan menarik baju ibu imah yang sedang memasak makanan untuknya..

“Iyah peri kecilku,,,nanti kalau ibu sudah punya uang,,ibu akan membelikanmu mainan yang bagus,,sabar dulu yah nak..” Jawab ibu imah dengan mengelus rambut sang anak dan tatapan sedih karena tidak bisa membelikan mainan yang bagus kepada anaknya…dan sang anakpun tersenyum bahagia memeluk ibunya…

“Betapa malang nasib anakku,,hanya sebuah mainan baru sajah aku tak mampu untuk membelikannya…Seandainya suamiku masih hidup,,aku pasti bisa membelikan mainan baru untuknya..”Kata ibu imah dalam hati sambil meneteskan air mata karena tidak tega melihat anaknya yang seolah-olah merasa iri dengan temannya yang lain…

Waktu berjalan seiring dengan langkah kaki bu imah yang sedang berkeliling menjual agar-agar bersama indah..Meski masih berumur 5 tahun,,Indah anak yang menyayangi ibunya dan sabar…

Sudah 3 bulan yang lalu bu imah mulai berjualan agar-agar…Hanya sedikit orang yang mebelinya karena takut tidak aman. Meski begitu bu imah tetap sabar dan berjuang terus untuk memenuhi kebutuhan anak perempuan satu-satunya itu.

Panas,,Hujan,,Mereka lalui bersama. Setiap harinya mereka hanya mempu menghasilkan uang sebesar 10.000 rupiah..Untuk makanpun tidak cukup…Terkadang mereka memakan dagangannya sendiri. Betapa susahnya hidup mereka.

Ibu imah sendirian memikul beban yang begitu besar untuk anaknya. Ingin rasanya air mata ini menangis bila melihat kedua orang tersebut berusaha,, terutama ibu imah yang ternyata menderita gagal ginjal.

Hal ini baru saja dia ketahui saat dia muntah darah dan memeriksakannya ke dokter. Bu imah tidak mau meninggal dulu sebelum dia berhasil membelikan mainan baru yang diinginkan anaknya…

Setelah 6 hari,,badan bu imah serasa tidak berdaya lagi…Siang itu juga dia berusaha mati-matian untuk mendapatkan uang dengan udara panas yang sangat menyengat beliau terus berkeliling menjual dagangannya tanpa mengeluh sedikitpun…

Setelah terkumpul uang yang cukup,,,bu imah segera membelikan anaknya mainan yang dia inginkan…Senang rasanya hati ini saat melihat indah tersenyum bahagia karena melihat mainan barunya.

Malamnya bu imah membawa indah ke sebuah panti asuhan dekat rumahnya. Bu imah duduk di depan pintu panti asuhan dan menidurkan indah di pangkuannya. Malam yang begitu dingin menjadi sangat hangat bagi bu imah karena beliau dapat memeluk anaknya yang tidur dengan wajah pulas dan bahagia meski itu adalah saat terakhir bu imah dengan anaknya indah.

Bu imahpun menulis sebuah surat pendek untuk anaknya..

“Untuk peri kecilku,,demi engkau aku akan melakukan apapun asal kau bahagia..aku hanya ingin melihatmu tersenyum disaat kau baru lahir sampai disaat aku dipanggil olehNya..kau adalah nyawaku dan selamanya tetap peri kecil kesayanganku”

Mataharipun telah terbit,,,seluruh isi panti asuhan begitu sedih melihat bu imah yang tergeletak tak bernyawa sambil memeluk indah…

Indah yang masih kecil hanya bisa bertanya-tanya “Ada apa dengan ibu?kenapa ibu tidak membuka matanya?”

Ibu panti asuhanpun tidak tega melihat indah…dia membawa indah ke dalam dan berjanji akan merawat indah..

Saat indah sudah dewasa dia akan menceritakan semua perjuangan ibunya yang begitu luar biasa…

Begitu habatnya seorang ibu…Dia melahirkan kita dan terus merawat kita dengan sabar sampai detik-detik terakhirnya…

Belajarlah untuk mulai menyayangi ibu kita,,,buatlah dia tersenyum karena seorang ibu hanya ingin melihat anaknya sukses dan dapat tersenyum bahagia…
baca tulisan >>

Divonis Medis Umurnya Tak Sampai 12 Tahun

Untuk sekedar memperingati hari ibu, saya coba memposting artikel dari sebuah blog yang ceritanya mengharukan. Berikut kisahnya.


Bagaimana hati dan perasaan seorang ibu kala menerima kenyataan bahwa kedua anaknya diprediksi secara medis tak akan bertahan usianya lebih dari 12 tahun. Sangat terpukul dan sedih bukan. Sungguh sedih melihatnya, saat melihat keceriaan wajah kedua anak gadisnya yang masih kecil ini sudah harus menerima beban derita sakit karena keturunan (kelainan genetik) yang sangat susah disembuhkan.

Jane bersama kedua Ashleigh dan Alisha dan kakak tirinya Lucy (dibelakang)

Jane ibu berusia 36 tahun ini sekarang ingin menghabiskan hari-hari kedepan dengan membahagiakan kedua putri ciliknya yang diramalkan bakal meninggal sebelum usia remaja, kedua putrinya tersebut yakni Ashleigh Lennon usia 7 tahun dan Alisha usia 4 tahun keduanya didiagnosa menderita kelainan genetik yang bernama Batten Diases. Sebuah penyakit bawaan lahir yang sangat langka dengan probalitas terjadi 1 berbanding 300.000 kejadian.

Apakah penyakit Batten tersebut, ruanghati.com mencoba mencari referensi dari Wikipedia, dimana disebutkan bahwa Penyakit Batten (juga dikenal sebagai -Vogt-Sjögren-Batten penyakit Spielmeyer) adalah, penyakit yang jarang terjadi akibat fatal autosom resesif (gangguan neurodegenerative) dan biasanya diderita sejak usia dini anak-anak.

Kondisinya kini sangat memprihatinkan bagi kedua anak tersebut, Ashleigh saat ini mengalami kebutaan, sedangkan Alisha mengalami gangguan keseimbangan. Dikutip ruanghati.com dari Mail Online menyebutkan Jane sang ibu berujar keduanya terlahir seperti bayi normal pada umumnya, tak terlihat sedikitpun kekurangan pada kedua bocah cilik itu. Namun beranjak usia banyak hal aneh yang keduanya alami.

Pada usia tiga tahun tiba-tiba Ashleigh mengalami kejang seperti epilepsi, dan setelah itu diagnosa kesehatanpun menyatakan Ashleigh menderita penyakit Batten yang kini juga diderita adiknya Alisha yang masih berusia 4 tahun. Menurut analisa tim medis sangat susah bagi mereka untuk bisa menyembuhkan keduanya karena ini adalah bawaan genetik. Kini Jane hanya bisa pasrah pada Yang Kuasa atas nasib kedua putrinya tersebut.

Semoga Tuhan memberikan jalan terbaik bagi mereka..
baca tulisan >>

Sabtu, 17 Desember 2011

syair kematian


  

Tiupan serulingmu,
berdenting nyaring di indera
pendengaranku,
Seolah memanggil jiwa ini,
di kesunyian hati tak terperih
Kutemui kau sang jubah hitam,
di ujung persimpangan malam,
Sebongkah batu tertunduk pilu,
manakala kau berkata,"waktumu
sudah tiba...!"
Ilalang sontak cemas,
berpegang teguh di akar rapuh
Pucat menghinggapi wajahnya
Manakala kau berkata,"waktumu
belum tiba!"
Kau hampiri diriku,
yang menggigil di tepi takdir,
kau lepaskan jubah kebesaranmu,
menyematkan di dingin badanku
"Telah tiba masamu bertemu kekasih
jiwamu,
Usah takut dan meragu,
Telah berakhir segala resah dan
gundah di penantian hari-harimu"
Kusambut tanganmu,
yang memelukku hingga bermandi
peluh,
Kitapun menari di angkasa,
meninggalkan seonggok tubuh layu,
berselimutkan ilalang tertunduk haru
di tepi batu

baca tulisan >>

kamboja bergoyang

Bukit-bukit akhir sebuah pandang
bisu. Kabut yang ditiupkan angin
bertebaran hancur membuat
angkasa satu warna. Di langit seribu
muka bergadha dalam iringan keok
gagak hitam berkibaran.
Tanda jarum kapankah bila aku
tinggal cuma punguti mimpi
bersamamu. Tanda tunjuk manakah
bila sepanjang kenang lalu
bersamamu kini buntu kaki.
Pernah kau katakan betapun terasa
kita punya letih tak bakalan terminal
memberi henti seterusnya. Itu
hanya istirahat, dimana ancang
ancang
karena seribu jalan lagi telah
menghadang. Dan kita diharuskan
buati
sejarah jejak-jejak.
Kita mesti bermarathon. Itu katamu
ketika justru dokter membisu
sambil hanya gelengan kepala tak
yakin pada dirinya. Kitamesti berlari
kencang. Itu katamu ketika justru
nafasmu pendek menipis di paru-
paru.
Kamboja bergoyang usai
pemakaman. Aku melihatmu berlari
kemenangan. Aku melihat duduk
senyum manismu di warung
minum apa terminal mana. Aku
melihatmu begitu ayu dalam buaian
angin semilir ketika hendak siapi
titian jembatan shirootholmustaqim.
Iklaskanlah aku ya, sajadahmu.
Ikhlaskanlah aku ya, jilbabmu.
Ikhlaskanalh aku ya, lapang dadamu
di setiap kau hadapi persoalan
malam ku. Sabarmu tak ada henti di
sewotku.
Kamboja bergoyang usai
pemakaman. Aku kembali dalam
getar sadar
kemiskinan. Aku kembali sambil
kupunguti topeng topengku yang
bergantungan di jalur langit. Aku
hitung itu semua. Kubakar
selekasnya. Aku menangis.
Izinkanlah aku mandi di pancuran
fitrahku.
Lewat air mataku. Lewat sajadah
tinggalanmu. Amin.
baca tulisan >>

Hadiah Cinta yg tak ternilai (True Love Story)

“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayiyang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. download

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa kasihan padanya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorangyang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapayang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.” Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah… bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. “Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekalibisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Betapa kesehatan sangat berharga. Karena dengan sehat, kita bisa beribadah, kita bisa bersosialisasi, kita bisa menjalankan aktifitas, kita bisa menjalankan hobbi dan kita bisa bekerja.. jauh lebih baik ketimbang jika kita sedang sakit
baca tulisan >>

Kisah Mengharukan Seorang anak dan perampok

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain, karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.

Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan. Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.

Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, "Siapa itu?" Moore sembarangan menjawab, "Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku."

Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, "Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?" Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.

Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini, setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.

"Paman, apakah matahari seperti ini?" Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, "Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan."

"Paman, apa warna keemasan itu?" dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, "Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan."

Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, "Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman." Moore dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.

Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay, "Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya."


Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.

Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.

Ketika Moore mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Kay kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya, Kay kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini, vitalitas dan semangat ini menyentuh ke dasar hati Moore.

Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Moore yang telah membantu banyak orang, ketika mengalami putus asa maka bukalah pintu hatimu, maka cahaya harapan akan menyinari hatimu.
baca tulisan >>

Cerita Seorang Ibu Dan Anak Lelakinya

Sebut saja namanya ibu Sabar, beliau wanita luar biasa yang aku kenal. Berputra empat, tiga perempuan dan seorang laki-laki. Suaminya sudah tidak lagi bekerja dikarenakan sakit lama yang dideritanya.

Saat ini adalah saat yang mengharukan bagi sang Ibu. Puji syukur tak henti-hentinya beliau panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, karena anak lelakinya sekarang sudah punya pekerjaan dan akan menikah dengan seorang yang sudah dikenal kebaikannya.Terbayang peristiwa sekitar lima tahunan yang lalu..Ya Alloh..perkenankanlah doaku semoga anak lelakiku mendapatkan istri yang shalehah.

Lima tahunan yang lalu anak lelakinya pergi merantau ke negeri seberang jauh dari kampungnya untuk mencari penghidupan yang layak.Cita-citanya adalah menjadi tulang punggung keluarga, mengingat dialah anak lelaki satu-satunya, sedang bapaknya sudah tidak bisa bekerja lagi.

Hari berganti hari. Ibunya sangat merindukannya. Sampai suatu ketika, sang ibu mendapat kabar yang sangat menyedihkan, kalau anak lelakinya berada dalam sel tahanan polisi. Tanpa banyak berfikir, sang Ibu pun berkeinginan untuk menjenguk putranya.

Setelah pinjam sana sini, akhirnya sang ibu menyusul anak lelakinya. Naik pesawat terbang. Sesuatu yang tadinya mustahil untuk dilakukan, jangankan untuk naik pesawat terbang, untuk kehidupan sehari-haripun sudah pas-pasan. Namun karena tekad yang kuat untuk bertemu anak lelakinya, maka sang ibupun berangkat setelah mendapat ijin dari suaminya.

Sesampai ditempat tujuan, sang ibu langsung menemui putranya. Ia seakan tak percaya melihat putranya, putranya yang dulu gagah sekarang kumal hanya berbalut celana kolor, kotor sepertinya tak mandi beberapa hari lamanya dan yang paling menyayat hatinya putranya tak sedikitpun mengenali Ibunya.”Siapa Kamu!”..Kata sang anak.”Nak..Nak..ini Ibumu..kenapa kamu disini. Ini tempat para maling dan penjahat, ini bukan tempatmu..ini bukan tempatmu,…siapa yang memasukkan kamu ke penjara ini Nak..siapa….ini bukan tempatmu Nak…” Tangis Sang Ibu tak henti-hentinya.

“Anak ibu membahayakan orang lain!” Begitu penjelasan dari polisi yang didapat ketika sang ibu menanyakan kenapa anaknya dimasukkan ke sel tahanan.” Ini tidak manusiawi, Pak!” seharusnya bukan begini caranya!” Kata sang ibu.”Tapi siapa yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu?!” Kata Pak Polisi.”Aku Pak!,…Aku yang bertanggung jawab, ..Aku Ibunya!” Jawab sang Ibu tegas.

Akhirnya Anak lelaki bu Sabar diperbolehkan pulang, dan sang ibu merencanakan membawa anak lelakinya ke kampung untuk pengobatan. Dengan segala perjuangan akhirnya sampailah sang ibu dan anak lelakinya ke rumah. Hatinya berbalut sedih nestapa, anak lelaki yang sangat disayanginya kini tak mengenali dirinya. “Ahh.. tidak mengapa, Aku harus kuat dan Aku harus berjuang demi anakku..aku tidak memiliki apa-apa, Tapi aku punya kekuatan Doa..Doa untuk anakku” Tekad sang ibu.

Sejak itu hari-harinya hanya untuk mengurusi anaknya. Sejauh ini ia tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk kesembuhan putranya yang ia tahu anaknya kembali seperti bayi. Semua keperluan anaknya Ibunya yang mengurusi, mulai dari makan, minum, mandi, BAB, ya.. semuanya. Anak lelakinya kembali seperti bayi tetapi bayi yang pemarah, bayi yang terus-menerus teriak, menendang, bahkan pernah mencekik nya. ”Bukan Salahnya..ini semua bukan salahnya..Ia hanya sakit..” Kata sang ibu begitu Ikhlasnya.

Hampir tiga bulan lamanya sang ibu menemani putranya, dan selama itu katanya tak pernah sekalipun sang ibu bisa tersenyum, apalagi tertawa. Pernah beliau mendengar tawa seorang tetangganya, katanya beliau sangat iri kepada tetangganya itu karena bisa tertawa.

Sampai suatu ketika ada tetangga yang berbaik hati, memberikan informasi pengobatan medis di rumah sakit. Dibawalah sang anak kesana. Setelah hampir dua minggu berobat., tibalah saat sang ibu untuk menemui putranya.

“Ibu”…panggil sang anak. Mengalir deraslah tangis sang Ibu…”Ya Alloh yang Maha Pengasih…terima kasih atas karunia Mu, Anak lelakiku telah kembali”.” Panggil lagi Nak..panggil lagi aku Ibu sepuasmu…kata Itu sangat berharga dan yang paling indah yang pernah ku dengar” Kata Sang Ibu.
“Ibu..sepertinya aku telah bermimpi. Sudah berapa lama aku di rumah sakit ini?, Aku Kenapa disini bu?.apa yang telah terjadi dengan aku” Tanya sang anak bertubi-tubi. Perlahan-lahan dieja deretan kata-kata dibaju yang ia pakai ..juga tulisan yang ada diseprei tempat tidurnya…Ru..mah..Sa..kit…Ji..wa.”Hah!.. Rumah Sakit Jiwa?..Apa Aku sakit Jiwa bu..” Tanya sang anak.

Sang Ibu terus memeluknya..tak ingin melepaskannya…kali ini Sang Ibu menangis bahagia.”Kamu sudah sehat anakku..kamu sudah bangun dari mimpi burukmu. Terima kasih Ya Alloh…terimakasih Ya..Alloh..Engkau telah mengabulkan doaku” Kata sang ibu.

Sang Ibu terhenyak dari lamunan peristiwa lima tahun yang lalu, ketika para tamu undangan Walimah pernikahan anak lelakinya mulai berdatangan. Selamat menempuh hidup baru anakku, Semoga menjadi keluarga Sakinah Mawadah Warohmah. Doa Restuku akan selalu menyertaimu… Anak-anakku.

Saat-saat pernikahan anak lelaki Sang Ibu
baca tulisan >>

Cinta Seorang Suami

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya
sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan.
Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia
dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana
besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat
merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32
tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke
empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu
terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya
menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak
bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat
berhasil’.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak
merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan
kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu
kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun
dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia
menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan
keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi
Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang
masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga
anak-anaknya
Kisah Paling Menyedihkan

Kisah Paling Mengharukan

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat
butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu
ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang
hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga,
pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya
menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan
dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat
dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya
apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit…” Sambil menangis

”Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita
kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya
percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.
baca tulisan >>

kesedihan yang menimpa dua remaja

Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.

Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?

Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.

Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?

Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?

Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.

Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.

Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.

Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.

Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.

Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.

Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.

Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.

Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.

Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.

Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?
baca tulisan >>

Arti Sebuah Kebaikan

uatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?”
 Wanita itu menjawab: “Kamu tidak perlu membayar apapun”. “Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan” kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata : “Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada Anda.”
 Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup mengangani-nya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Wanita itu sembuh !!

Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa Ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..
 “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !!” tertanda, DR Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa:
 “Ya Alloh ya Tuhanku, terima kasih bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.”
baca tulisan >>

Anak Kecil Penjaja Kue

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan ia pun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, "Pak mau beli kue, Pak?" Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab "Tidak, saya sedang makan".

 Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dik saya sudah kenyang".

 Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir "Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah". Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini.

 Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. "Pak mau beli kue saya?", pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.

 "Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik". Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan kepada orang lain. "Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?".

 Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, "Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis".

 Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak dan sudah punya etos kerja bahwa "kerja itu adalah sebuah kehormatan", kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.

 Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu "kerja adalah sebuah kehormatan".
baca tulisan >>

Bye, Mom…
(Kisah Cinta Seorang Anak)

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
 wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
 memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
 memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
 saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
 membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
 melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
 menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
 Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
 membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

 Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
 stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
 melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
 menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
 dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
 semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
 mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
 pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
 sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
 tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
 hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
 kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
 Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
 buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
 sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
 berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
 perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
 yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
 sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
 betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
 kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
 itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
 dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
 sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
 yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
 terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
 memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
 saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
 Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
 hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
 tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
 sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
 mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
 potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
 Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
 sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
 Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
 ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
 dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
 menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
 saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
 Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
 namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
 yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
 setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
 Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
 kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
 katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
 Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
 telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
 sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
 di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
 apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
 ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
 belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
 lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”
baca tulisan >>

Senin, 12 Desember 2011

adakah?

Saat terasa semilir angin malam,jujur hatii kuu ini bertanya pada sang ratu malam,apa masih ada ketulusan yg benar2 tulus di muka bumi ini? Ada, namun terkubur sangat dalam di hati Sedalam apakah sehingga sukar utk d temui.?? Sedalam apakah? Rasany aku tak pantas menjawab, karna memang aq tak tau. Yang jelas, sedalam apapun itu, pazti akan kau temui suatu saat nanti. Really.???? .i hope it's,but aku ragu,krna dunia ne cma pnggung sndwara.. Sadarkah kamu akan keraguan itu? Keraguan yang kau pelihara seakan membuatmu semakin sulit menemukanny, dan apa yang kamu cari akan semakin jauh terkubur. Terlalu sering merasa d kcwakan,hal itu yg sllu mmbuat ku ragu akn semuanya.. Mungkin memang benar, kamu sering di kecewakan. Dan, pernahkah kau mengalah dan menerima kekecewaan itu. Kembali pada ketulusan yang kau cari. Jujur saja, apa kamu mengerti arti ketulusan itu sendiri? Tidak bnyk nmun sedikit ku ngrtiiii..... Dari apa yang sedikit itu, cobalah kau renungkan dalam hati. Apakah benar apa yang kau rasa? Atau hanya karena kau sendiri yang terlalu inginkan ketulusan hingga kau merasa seperti ini. akupun akan senantiasa bahagia andai ada orang mau mengikuti ocehanku dan orang itu akan mampu tersenyum lagi
baca tulisan >>

sedikit curahan hati

-dan bila waktu hanya menyisakan kisah sang pungguk terendam pilu. menyiratkan kisahnya yang tertiup kepakan sang elang. meratap pun hanya tinggal cerita. dan kini cuma tiupan nafasnya yang tertinggal.

~Sprtiy kata2 mu gk asing bt ku ,apkh km orng yg sma? Kl bnr what wrong with you

-yupz.
but, sblmny q mhon dgn sangat jgn ksh tw siapapun soal ini. trmsuk org yg mren inbok km. dia ceueq. q dlrg brhbungan sma ceue lain. ktany tkut aq pny ceue lg. wlo dy g blg gt, q jg sdr hbngnq n dy dh slg menjaga. q cma pgn tmen ceue bt sharing n sharing.
please, jgn ksh tw.
no hpQ jg dh rusak gr2 dy cmburu. tp, q hargai smua sikapny itu. mgkn, hny lwt ini q bsa brtemu km.
tw aq kn?

~Oh my God ! Trnyta tdk slalu kebaikan d blz kebaikan jg , mnrtku prshbt lbh indah dr sgly ,ada ketulusan dn gk bresiko km thu pcr km mmperingtkn q, tdk ingin q jd orng k 3 dr hub kalian , kl emng jdy sprti ini , I'm so sry , poor ****

-prnh suatu wkt q brhrap pny pcr dan sahabat. krna q sdar, dlm suatu hubungan tak selamanya harmonis. meski keharmonisanlah yg d harap. dan q pun tw, shbatlah t4 berbagi. bukan karna q butuhkan shbat kla q brduka saja.
tp, mungkin q Slh. q slh dlm menjaga hubungan antara pacar dan sahabat.

~Cinta bkn bgmna mjd psngan yg smpurna bgi seseorng ,tp bgmna menemukan seseorng yg bs mmbtu km mjd drimu , dn cinta akn lbh kuat kl trcipta dr sling mmbthkn , bkn krn trtrik saja , dn prshbtn adlh kasih syng , yg bgtu indah krn dlm kasih syng qta sllu mrskn ketulusan , tnpa ada rsa sakit yg hrs qta jlni . Smga cinta kalian indah tnpa ada prasangka . Q adlh orng yg tk yakin ttg arti cinta , tp q mempercayai dn q thu apa yg d butuhkan cinta , cinta mmbthkn kebesaran jiwa seseorng , dn cinta itu sepadan dg smua kesengsaraan yg d timbulkny . Maafkan q yg tlh lewat dlm hub kalian , jgn hiraukn q , mugkin kebhgiaan hnylh fatamorgana bt ku

-ketulusan itu adalah suatu keindahan yang tiada tara. bahkan lebih mulia dari sebuah kejujuran. percayalah, semua rasa yang membuat hidup seseorang menjadi galau, tak menentu, kan segera menghampiri dengan seberkas ketulusan yang semakin lama, kian mampu membuatmu mampu tersenyum melupakan lara yang (bila pernah) kau rasakan. dan, yakinlah pada sebuah keyakinan akan harapan meski hanya setitik.
dan sang pungguk pun kini tlah hinggap pada sebuah pohon di antara sekian banyaknya ranting gersang. menengadah menghela nafas penuh makna, sembari mengingat kisah dan tauladan yang pernah ia hampiri. memandang jauh kedepan melewati hamparan padang savana yang menyimpan penuh misteri kehidupan.

The reallity friendship is never die.

thanks 4 all.

baca tulisan >>

fyiuuuhhhhh....

Semakin kesini, kurasa kehidupanku semakin ga karuan. Ada aj masalah yang menghampiri. Kelar masalah yang satu, kini datang lagi masalah yang lainnya.
Maksud hati ingin berbagi pada sesama, saling bantu, saling men"support". Berharap dengan berbagi, sedikit banyak bisa membantu meringankan ato bahkan menyelesaikan masalah. Tapi, semua itu kini hanyalah harapan kosong semata. Karena ternyata semua niatku itu sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ku terima. Kini setiap kali ku melakukan aktifitas (apapun itu), selalu terbayang akan hal-hal yang menakutkan akan menderaku. Sehinga, ketakutanku ini seakan-akan membelenggu hari-hariku kini, juga seolah-olah membatasi ruang gerakku dan membuatku merasa tak diijinkan mengetahui apa yan terjadi di luar sana.

Sepahit-pahitnya kenyataanku ini, kuharap akan berakhir dalam beberapa waktu kedepan. Dan semua ini biar mengajarkanku untuk lebih berhati-hati. Tapi, apakah bila ku anggap perbuatanku itu benar terus aku harus berfikir lama untuk mengetahui akibatnya?

Jangan-jangan kalau di depanku ada kecelakaan, terus aku cuma bengong melihatnya dengan dalih "aku sedang berfikir"? Bisa-bisa keburu mati nenek-nenek yang terkapar di depanku.

Semakin dalam kupikir dan kupkir lagi, apakah mungkin kalau sebenarnya aku akan gila? atau bahkan malah sudah gila yang tak mampu disembuhkan dengan obat dan dokter sekalipun?

Jadi selama ini aku................
baca tulisan >>

Catatan & Cicitan -PUTUS-

22-11-2009 01:31
{(TAKKAN ADA LAGI SEPERTIMU) (andai ada yang sepertimu)}

Mengenangmu torehkan perih dihatiku. Meskipun perih, tetap kaulah yang terindah dihidupku.
Wahai bintang dilangit, lindungi dirinya. Meski kini jiwanya, telah jauh dariku. Namun sungguh ku tak ingin, penyesalan didalam hatiku. Jika waktu mampu kuulang lagi, takkan ada pedih membayangi langkahku. Dan demi esok hari, kan kuingat senyummu dalam setiap nafasku.
# Aq g tw hrz gmn?Tp yg jlz khdpnQ dh hncr g da arti & gnany lg.Krn km adl org yg plg g bsa dprcya.Krn saat htQ bnr2 cma ada km n aq bnr2 brhrp sma km,tp knyataany km mgkri jnj.Mghianati kstianQ.DrQ nhe km aggp p?Stlh aq hncr sprt nhe,kau cmpakkn drQ bgai smpah yg tak sdi lg km tngok.Aq tkt klo aq smpai mgluh,sma nhe bnr2 gr2 ulah kbiadabanM.Gr2 km yg dh tk pny naluri,prsa'n p lg kstia'n.
# Knp?Knp kau hdr lg dlm khdpanQ.P km g bsa ngrsa gmn sktny htQ.P 5ng km trllu picik ttg sma ne?
Jgn prnh kau aggp drQ tonk smpah yg sllu mnrma ocehan dr mlut busukM. Trllu mdh bgiM bwt nglkuin ini smua.
Bdohny drQ yg tak mmpu mlhat kbiadabanM yg hny trttp wjahM yg tdny bsa aq kgumi. Aq g pgn mcm2 kq dr km.Aq g mnt bnyk.
Aq cma pgn km rbah skapM,aq cma mnta km pkrkn dl hal yg kn km lkukan.Kshan org yg dk sma km.Kshn klo mrka jg mrskn sprt p yg aq rsakn.
baca tulisan >>

Sebuah renungan kematian

sungguh, diri ini masih sangat takut akan kematian… diri ini merasa belum siap untuk menghadap Allah. terlalu banyak catatan hitam dalam diri ini yang belum diperbaiki. bahkan q sudah lupa. ada di bagian mana saja catatan hitam itu tersimpan. saudaraku, q harap, engkau adalah makhluk yang miskin dosa. q harap catatan kehidupanmu dipenuhi dengan catatan kebaikan.
saudaraku.. q benar-benar merasa takut… bagaimana bila esok hari adalah waktu q?? q belum siap bila harus bertemu dengan para makhluk taat yang akan melakukan interogasi kepadaku… q takut akan hukuman yang pasti q terima atas segala kesalahan q di dunia ini… q takut dengan ancaman hukuman siksa pedih.. q takut terhadap para penyiksa yang tak memiliki belas kasih… q takut dengan api yang siap melahap diri ini….
kawan… q sungguh takut…

namun, q juga sadar. hanya merasa takut bukanlah sesuatu yang harus dilakukan. yang perlu dilakukan adalah persiapan untuk sebuah hal pasti tersebut. kawan, semoga diri ini dan dirimu tergolong manusia yang beruntung. semoga Allah melimpahkan kasih dan sayang Nya kepada kita.
baca tulisan >>

"Ayah.. kembalikan tangan Dita"
(Kisah Haru Dari Seorang Anak Kecil)

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?... Bagaimana Dita mau bermain nanti ?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..


Makanya sayangilah anak kita walau bagaimanapun karna itu adalah darah daging kita.
baca tulisan >>

Kisah 3 Karung Beras
-Pengorbanan Seorang Ibu-

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, hanya tinggal ibunya yang sudah tua dan anak laki-lakinya saja yang saling menopang.

Ibunya bersusah payah membesarkan seorang anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, anaknya tersebut hanya diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih sayang menunggui anaknya sambil menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, adalah waktu bagi anaknya untuk memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah. Di sekolah itu, setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa 30 kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

” Bu, saya mau berhenti sekolah saja dan membantu ibu bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : “Niat kamu sungguh mulia nak, kamu memiliki niat seperti itu saja ibu sudah senang, tetapi kamu tetap harus sekolah. Jangan khawatirkan ibu ya nak. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah nanti berasnya biar ibu yang akan mengantarkannya kesana”.

Karena anaknya tetap bersikeras tidak mau mendaftar ke sekolah, ibunya pun menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh ibunya. Dengan berat hati, akhirnya anaknya pergi juga kesekolah. Ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari pundaknya, pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya lalu mengambil segenggam beras tersebut dan menimbangnya. Tiba tiba dia berkata : ” Hai wali murid, kami tidak menerima beras yang isinya campuran beras dan gabah. Jangan menganggap kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Begitu malunya sang ibu ini, hingga tak henti hentinya berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tadi.

Awal bulan berikutnya ibu ini memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Seperti biasanya beras tersebut diteliti oleh pengawas. Dengan alis yang mengerut, ibu pengawas berkata: “Masih dengan beras yang sama”. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”.

Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Berapa luas sawah yang ibu kerjakan, sehingga berasnya bisa bermacam macam seperti ini”. Mendengar sindiran pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai wali murid kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”.

Mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dilihatnya ibu tua tadi duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Ibu renta tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku sehingga mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Selama ini saya tidak pernah memberi tahu sanak saudara yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih untuk mengatakannya pada anakku, aku takut melukai harga dirinya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat, aku pergi ke pasar, tempat orang berjualan beras, hanya untuk mengemis beras beras yang tercecer di trotoarnya. Dengan susah payah aku mendatangi toko demi toko hanya untuk mencari ceceran itu. Sampai hari sudah gelap, akupun pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sehingga sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul memenuhi syarat untuk diserahkan kesekolah.

Pada saat ibu tua itu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.”

Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang.

Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan sebuah kisah tentang seorang ibu yang mengemis beras demi sekolah anaknya. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata kepada para hadirin seraya menunjuk pada ibu tadi : “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”

Dan mempersilakan sang ibu yang luar biasa tersebut untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke arah gurunya yang sedang menuntun ibunya berjalan keatas mimbar.
Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan ibu yang hangat dan lembut kepada anaknya membuat sang anak tak kuasa untuk menahan tangisnya, dipeluknya sosok tua dihadapannya itu dan merangkul erat ibunya sambil terisak seraya berkata: “Oh mama … Begitu mulianya engkau mama, sungguh aku tak bisa untuk membalasnya……
baca tulisan >>

Pengorbanan Seorang Ibu


Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"

Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.
baca tulisan >>

Ping your blog, website, or RSS feed for Free

visit this site sahabat syair kamboja

 

syair kamboja. Copyright since 2008 admin by : guombloch